Halo!
So this post will be in Bahasa Indonesia.
![]() |
Amsterdam Canal House |
Udah lumayan lama ya sejak saya nulis postingan terakhir. Apa kabar kalian semua? (kaya sok ada yang baca blog lu aja nin hehe)
Jadi gini, tetiba ingin nulis cerita tentang perjalanan saya setelah lulus kuliah. Kebetulan hari ini dan beberapa bulan lalu ada beberapa temen yang tanya “Kamu di Belanda ngapain?”, “Kamu ikut suamimu ya di Belanda?”, “Kamu kerja ya di Belanda,Nin?”, “Nin, kamu pake visa apa ke Belanda?”. Beberapa pertanyaan tersebut muncul kebanyakan di dm instagram saya. Saya curiga, mungkin beberapa temen lain juga kepo tapi males atau takut nanya soalnya saya kan galak hehe hehe hehe hehe
Jadi begini teman-teman, bak influencer, saya ingin klarifikasi.
Pertama, saya belum menikah ya, tenang.
Kedua, saya ngga lagi kuliah lagi di Belanda, dah cape sekolah melulu.
Ketiga, Alhamdulillah Puji Tuhan, saya di Belanda bekerja.
Keempat, saya kesini pake visa cari kerja, atau nama bekennya Search year visa (Zoekjaar visa).
Nah, perihal point keempat ini banyak juga yang minat dan ingin mencoba peruntungan nasib sama kaya saya. Jadi izinkan saya cerita sedikit recap dari awal saya daftar search year visa sampai sekarang ya.
Apa itu zoekjaar visa?
Adalah visa untuk para highly educated person lulusan dari Universitas Belanda atau top 200 University in The world. Untuk ngelihat apakah universitas kita termasuk Top 200, bisa dilihat di Times Higher Education World University Rankings, QS World University Rankings, dan Academic Ranking of World Universities. Inget,di website IND ditulis “ graduated”, maksudnya adalah untuk lulusan Master atau PhD ya.
Gimana cara daftarnya?
Looking for a job after study, promotion or research - Persyaratan, dokumen, dan cara pendaftaran sebenernya sudah tertulis di website IND, disini. Cuma saya mau cerita tentang pengalaman saya daftar kemaren. Pas saya daftar dulu, ga banyak info yang saya dapet. Saya cuma kenal satu orang yang sedang orientation year juga di Belanda. Tapi… namanya orang, ga semua mau share ceritanya dan mau ditanya-tanyain. Jadi yaudah, saya cari informasi sendiri aja daripada baper. Jadi saya mulai dengan sok-sok an nelpon ke kedutaan besar Belanda yang berlokasi di Rasuna Said. Pas saya nanya tentang orentation year, informasi yang saya dapatkan kurang memuaskan. Mereka cuma bilang datang aja ke kedutaan untuk daftar MVV. Jadi kalo di Indonesia, misal temen-temen cuma mau short visit ke schengen countries, urus visanya di VFS. Sementara di Kedutaan Belanda cuma khusus buat urus visa long term stay macem MVV.
Jadi saya sempet ada masalah di proses pendaftaran orientation year. Saya mulai masukin berkas pendaftaran bulan Maret 2018. Di kedutaan, berkas saya diterima dan mereka bilang saya akan dapat konfirmasi berupa email dalam waktu dekat. Mereka cuma kasih bukti pendaftaran yang bisa di cek di website untuk melihat status pendaftaran. Saya nunggu hampir sebulan. Tiap hari saya cek website, tapi ngga ada yang berubah, sampe hampir sebulan. Dari pihak kedutaan juga ga ada kabar. Setiap di telfon, mereka bilang kalo mereka ga punya authority apa-apa, karena kedutaan di Belanda cuma representative aja, semua berkas diajukan lewat Kuala Lumpur, termasuk berkas pendafaran saya.
Akhirnya karena saya ngga sabaran, saya cari info lagi di website IND, dan saya coba hubungin pihak IND melalui email. Jadi, perlu di higlight buat temen-temen yang mau daftar orientation year, kalo misal malu atau takut mau nanya temen yang lagi orientation year, lebih baik nge email IND aja. Udah itu yang paling bener deh. Mereka yang urus berkas kita, jadi ya... yang paling bener ya nanya ke mereka.
Balik ke cerita pendaftaran... Setelah beberapa hari, email saya di bales pihak IND. Mereka bilang berkas pendaftaran saya ngga lengkap. Melalui email tersebut, pihak IND memberikan syarat-syarat pendaftaran yang jelas, lengkap dengan attachment dokumen dan formulir yang harus saya penuhi. Beberapa persyaratannya sebagai berikut:
- Ijazah yang sudah divalidasi melalui Nuffic
- Beberapa form pendaftaran
- Information for an application for an orientation year as a highly educated migrant seeking employment
- Application for the purpose of residence of ‘looking for work and carrying out work whether or not as an employee’ (foreign national)
- Appendix: TB test referral form
- IELTS ceritificate with score 6.0 or are completed a master's, post-master's or doctoral programme in the English or Dutch language.
- Biaya pendaftaran. Sekarang, buat daftar Orientation year murah banget!!! Pas saya daftar, biaya pendaftaran sebesar € 641, sekarang cuma € 171!! Ingin menangis….
Setelah semua berkas beres, saya tinggal kirim ke IND. In this case, saya kirim langsung ke pihak IND melalui email. Jadi buat saya memang agak sedikit beda, normalnya sih seharusnya lewat Dutch representative, which is kalo di Indonesia ya di Rasuna Said.
Setelah ((hanya)) menunggu 2 bulan, they grant me the Search year visa! Finally...After a long process full of drama! Selain itu, mereka juga kasi opsi tentang masa berlaku visa. Saya memilih masa berlaku visa dimulai dari hari pertama saya tiba di Belanda, in this case saya memilih 11 Juli 2018. Visa ini berlaku selama 1 tahun.
Sebelom berangkat ke Belanda, selain finansial, dokumen yang perlu disiapkan lagi adalah salinan akta kelahiran. Akta kelahiran ini nanti di serahkan ke pihak Gementee atau bahasa enaknya sih Kecamatan. Tiap Gementee punya kebijakan beda-beda. Ada yang minta akta, ada yang nggak. But just in case, siapin aja ga ada salahnya. Akta kelahiran harus kutipan terbaru minimal 6 bulan terakhir, dan sudah harus berbahasa Inggris. FYI, akta kelahiran di Indonesia sekarang kan udah bilingual. Jadi ga perlu di translate lagi. Untuk legalisir akta tahapannya gini: minta kutipan kedua ke dukcapil - legalisir ke kemenkumham - legalisir ke kemenlu - dan terakhir ke kedutaan belanda di rasuna said.
Oke kukasih penjelasan sekalian deh biar ga bingung:
Oke kukasih penjelasan sekalian deh biar ga bingung:
- Minta akta kutipan kedua ke dukcapil. Kasus saya sedikit beda. Saya lahir di Jakarta, tapi saya domisili di Magetan. Yang saya harus lakukan adalah: saya harus minta surat pengantar ke dukcapil tempat akta pertama saya dikeluarkan, yaitu Jakarta Timur. Setelah jauh-jauh dari Magetan ke Jakarta, saya cuma dikasih selembar surat pengantar yang nantinya dipake buat di dukcapil Magetan. Di dukcapil Magetan, saya kasih surat pengantar dan isi form yang dikasih oleh petugas dukcapil. Proses ini nggak gampang sih, karena petugas juga agak lamban dan bingung juga. Karena pada umumnya di Indonesia, atau ag least di Magetan, minta terbitan kedua akta kelahiran bukanlah hal yang biasa. Hal ini biasanya dilakukan kalo misal aktanya hilang, rusak, salah ketik, dan lain sebagainya.
- Setelah dapat akta terbitan kedua, tahap selanjutnya adalah legalisir di kemenkumham. Tinggal daftar di http://legalisasi.ahu.go.id/, bayar, dan besoknya tinggal ke loket legalisasi Kemenkumham di Gedung CIK’s di kawasan Cikini. Cepet kok, nggak ada 15 menit.
- Pendaftaran dokumen untuk legalisasi di Kemenlu bisa dilakukan melalui app Legalisasi Dokumen yang bisa di-download di Playstore. App ini hanya bisa dipakai di hp android, jadi yang tidak pakai android… Untung pas daftar saya punya Xiaomi, jadi aman deh! Haha Prosesnya kurang lebih sama. Saya upload dua dokumen, menunggu status terverifikasi, lalu bayar ke teller bank. Setelah pembayaran dikonfirmasi, stiker legalisasi bisa diambil di loket legalisasi Kemenlu di Jalan Pejambon.
- Yang terakhir legalisir di kedutaan Belanda, tinggal bikin appointment. Dateng kesana pagi, sore setelah jam makan siang langsung jadi kok.
Udah deh! Visa dapet, akta beres. Tinggal berangkat.
Setelah sampai Belanda, kita harus ke IND desk buat ambil Residence card sampai maksimal 2 minggu setelah hari kedatangan. Karena ga mau ulur-ulur waktu, hari pertama nyampe Belanda, saya langsung cabut dari Schipol ke Amsterdam (dulu IND desk Amsterdam masih di deket Heineken experience, sekarang udah pindah di deket station Lelylaan which is lebih gampang dijangkau). INFO - The IND-desk Amsterdam moves from the Stadhouderskade 85 to the Pieter Calandlaan 1, 1065 KH Amsterdam (right next to Ir. Lelylaanstation). - oh iya, sebelomnya harus bikin appointment dulu mau ambil residence card. Semua appointment saya buat via online. Sampai IND desk, saya cuma ambil residence dan dikasih selamat “Success met de zoektocht naar een baan”
Setelah itu, resmi status saya adalah pencari kerja di Belanda. Untuk kerja di Belanda, kita kudu punya izin kerja atau TWV niet vereist. Untuk Zoekjaar visa ini saya bisa bekerja part time ataupun full time secara bebas di Netherlands job market.
Tapi… entah gimana ceritanya, pas awal saya nyampe sini, ga banyak perusahaan yang tahu apa itu search year visa. Mereka ga tau kalo saya punya izin kerja disini. Atau, beberapa dari mereka ga mau ambil resiko, karena visa cuma berlaku setahun. Keterbatasan informasi khususnya buat pihak HR ini kadang bikin saya gemes. Somehow saya tahu saya qualified buat job tsb, tapi terhambat sama keterbatasan info oleh pihak HR tentang visa yang saya miliki. Mereka selalu bingung nanya ke saya, apakah saya punya izin bekerja di Belanda, ataukah saya cuma punya temporary visa yang 90 hari itu. Permasalahan yang lain, masih banyak perusahaan yang menolak saya karena saya ga bisa bahasa Belanda. Mungkin karena memang beberapa job yang saya daftar biasanya bersifat practical, macem lab technician, atau researcher lab gitu. Yang emang kebanyakan semua instruksi pake bahasa Belanda. Kalo saya lihat sih ya, justru perusahaan giant, yang multinasional gitu kebanyakan pegawainya rata-rata Dutch, dan semuanya lebih sering pake bahasa Belanda. Atau sebenernya mereka ngomong Inggris, but somehow mereka prefer kalo pekerjanya bisa bahasa Belanda juga.
Oh ya, sebelom berangkat kesini, sebenernya ada satu perusahaan yang salah satu managernya bilang mau menerima saya di perusahaan dia. Email sudah dibalas dengan baik, semua udah baik, saya pikir ya udah pasti kerja disitu. Ternyata setelah saya sampai disini, entah gimana ceritanya pekerjaan yang saya daftar untuk sementara waktu statusnya on hold. Saya coba email tapi tidak berbalas, saya coba telfon, jawabannya ngalor ngidul gitu. Jadi ya sudahlah, saya ngga mau sok ngarep sama mereka.
Perjalanan cari kerja di Belanda ga gampang, kelihatannya aja gampang! Hehe Tapi sebenernya, sama aja sih ya… dimana aja cari kerja ga gampang, ya kan? Apalagi buat yang statusnya sama kaya saya. Fresh Graduate, Master lagi, dan zero experience khususnya di dunia "kerja".
Setelah dua bulan, saya coba buat kerja part time di nursery. Awalnya saya yang gengsinya cukup tinggi ini, malu buat kerja disitu. Basically kerjaannya adalah ngurusin tanaman. Lebih ke kerja fisik dan cape juga. But pas itu saya mikir, daripada saya nganggur kan... money is money. Boleh dibilang, saya bukan orang yang mau nerima takdir. Saya tetep daftar kerja tiap hari. Setelah pulang dari nursery, capek. Saya tetep ngadep depan laptop, at least sehari harus daftar minimal dua lowongan kerja. Harus! Kalo kalian tahu ya, di LinkedIn doang, ada kali saya daftar lebih dari 150 vacancies. Itu baru LinkedIn, belom lagi yang via recruiter dan job poster yang lain.
Belom lagi kalo tiap hari dapet email, berharap lamaran saya diterima, tapi apa daya isinya cuma email rejection. Capek! capek fisik karena dah gamau kerja di nursery, capek mental juga karena sangking banyaknya rejection jadi merasa saya ga berguna gitu. But again, tetep ga boleh putus asa! Lanjut cerita, di bulan Oktober, saya dapet kerjaan yang lebih baik. Saya kerja di salah satu International big company, Sebagai assistant crop specialist, yeay!. Bersyukur banget sih akhirnya dapet kerjaan yang lebih baik. Tapi… tetep yah namanya manusia. Saya ga puas kerja disitu. Selain itu, kerjaan ini ga memenuhi syarat buat saya lanjut menjadi Highly Skilled Migrant. Jadi ya... tetep harus daftar kerjaan yang lain.
Sampe akhir Desember tahun lalu, saya dapet kerjaan baru, mulai per Januari 2019 di Amsterdam. This is a better job than before. Alhamdulillah Puji Tuhan, dengan pekerjaan yang sekarang saya ngerasa lebih safe! Karena perusahaan udah mau jadi sponsor saya untuk Highly Skilled Migrant visa. So I can stay in The Netherlands setelah orientation year selesai.
Kalo dipikir-pikir, keputusan saya buat pindah ke Belanda ini keputusan besar. Kalo sebelomnya di Jepang itu cuma buat sekolah dan semua ditanggung sama beasiswa. Beda sama sekarang, meskipun saya tinggal sama keluarga pacar, I still want my own independence! Punya uang sendiri, bisa urus semua sendiri, pay my own bill, ya pokoknya kalo kerja dan punya penghasilan sendiri kan tetep lebih enak ya? ga bergantung sama orang melulu meskipun saya tau pacar saya dan keluarganya mah baik banget.
Jadi gitu ya teman-teman. Kurang lebih segitu aja recap cerita saya sejak Juli 2018 sampe sekarang. Kalo masih kepo nanya aja gapapa. Tapi berdoa dulu ya, soalnya kadang saya jawab tergantung mood. Hahaha
Oh ya, sedikit kutipan bagus yang mungkin jadi pelajaran buat saya selama 8 bulan ini:
Oh ya, sedikit kutipan bagus yang mungkin jadi pelajaran buat saya selama 8 bulan ini:
"No matter how smart you are, if you never know how to work with people, you will never be successful" - Jack Ma -
Thankyou Dah baca. Pokoknya jangan pernah nyerah! Kalo kalian percaya bumi itu berputar, begitu pula dengan hidup kita. Jangan males! Ga ada namanya "ya mau gimana lagi, udah kehendak Tuhan". No one can change your life, but you!!
Smangat yah! See you :*
PS: Info related to Orientation year: